“Happiness is not out there. It’s in you” Anonymous
Menurut kalian, apakah ada ukuran untuk sebuah kebahagiaan? Mereka yang berbahagia, haruskah memiliki banyak uang? Banyak teman? Atau banyak follower? 🙂 Menurut admin, yang terpenting adalah bagaimana cara mendapatkannya.
Masih berhubungan dengan artikel sebelumnya tentang Elise, banyak yang mengamini jika kedekatan dengan Tuhan dipercaya bisa membuat kita lebih tenang dan bahagia. Ini bukan mitos belaka. Beberapa ilmuwan sudah mengadakan beragam riset untuk mengetahui hubungan antara kedekatan kita pada Tuhan dengan kesehatan mental.
Kenneth Pargament, profesor psikologi serta ahli kesehatan dari Bowling Green University, Ohio menyebutkan bahwa orang-orang yang memiliki kepercayaan serta iman yang baik terhadap Tuhan akan mendapatkan manfaat yang besar.
Hal yang sama disebutkan oleh Dr. Harold G. Koenig, direktur Pusat Spiritual, Ilmu Teologi dan Kesehatan dari Duke University Medical Center. Dalam reviewnya pada 93 studi tentang agama dan kesehatan, Harold menemukan bahwa orang-orang yang religius memiliki gejala depresi yang lebih sedikit.
Lebih lanjut, sebuah penelitian yang dilakukan sebuah tim dari University of Illinois bersama Gallup Organization, yang kemudian dirilis dalam jurnal Personality and Social Psychology (Agustus, 2011) menemukan bahwa agama menghasilkan dukungan emosional ketika kebutuhan dasar seperti makanan, pekerjaan, ketentraman, dan pendidikan tidak tercapai. Orang religius cenderung merasa lebih berharga dan memiliki pikiran negatif yang lebih rendah.
Setiap agama pasti menyarankan kita untuk selalu berpikir positif setiap kali kita menghadapai masalah. Menurut admin, hal inilah yang mendorong kita untuk lebih bersyukur dan berbahagia, apapun kondisinya.
Elise sudah membuktikan kepada kalian bahwa bahagia ternyata tidak serumit yang kita kira. Semoga kisah Elise dapat menginspirasi kalian semua. Sampai jumpa di postingan admin selanjutnya, ya! 🙂