saya-bingung-apa-yang-harus-saya-lakukan

Tanya Konselorsaya-bingung-apa-yang-harus-saya-lakukan
xxx asked 4 years ago . Client detail : , y.o

Halo, maaf mungkin ini agak panjang karena saya sudah ga tahan lagi, saya gapernah cerita ini ke siapa siapa, selalu saya keep di dalem diri sendiri, Saya perempuan usia 17 thn, domisili jkt, skrg saya kuliah semester 2 di fakultas kedokteran di luar pulau jawa, skrg saya sangat bingung, tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Saya merasa semua yang saya lakukan sia sia. Saya sudah tdk tahu lagi bisa cerita ke siapa :(. Bukannya saya tidak punya teman atau keluarga yang menyayangi saya, tapi saya hanya merasa bahwa ini masalah yang harus saya hadapi sendiri,, sejujurnya, dari awal, saya tidak tahu apa cita-cita saya, namun kedua orang tua saya sangat mendorong saya untuk menjadi seorang dokter, maka dari itu, sejak awal saya SMA, mereka berdua sudah sangat berharap besar agar saya dapat diterima di salah satu fakultas kedokteran terbaik di depok, saya sangat merasa ekspektasi mereka berdua cukup tinggi mengingat saya tidak terlalu pintar. Seiring berjalannya waktu, tibalah saya di kelas 12, dimana saya tiap hari pergi bimbel, belajar setiap hari untuk persiapan utbk dan pada saat itu jugalah saat saat down saya, dimana saat pengumuman hasil teman teman saya yang lain bisa mendapatkan hasil yang memuaskan tapi saya tidak, padahal saya merasa bahwa saya juga sudah berjuang, saya merasa saya sudah mengecewakan kedua orang tua saya tapi di sisi lain saya juga sangat kesal karena merasa bahwa ekspektasi mereka terlalu tinggi, namun pada akhirnya tibalah saya di antara dua pilihan, kedokteran di luar pulau jawa atau jurusan lain di univ yang ada di depok itu. Orang tua saya akhirnya lebih menganjurkan saya untuk memilih kedokteran di luar jawa dengan segala konsekuensi yang ada, satu hal yang saya ingat dari perkataan ayah saya “ya pilih kedokteran aja papa sanggup” namun setelah berjalanny waktu, mereka meminta saya untuk melakukan utbk lagi tahun ini (coba sbm lagi) karena ayah saya katanya tidak sanggup kerja di perusahaannya lagi dan ingin pensiun karena semenjak perusahaannya dibeli orang perusahaan asing, dia diharuskan berkomunikasi dengan bahasa inggris, namun dia mengalami kesulitan dlm berbahasa inggris, jadilah untuk menghemat biaya, mereka minta saya agar bisa diterima di fk yang ada di depok itu. Jujur, saya disini sangat stress, saya sangat tidak pede dan takut mengecewakan mereka lagi, saya merasa saya menjadi beban keluarga, namun setelah saya pikir pikir lagi toh itu juga dari awal bukan salah saya, kenapa harus memaksa saya kedokteran, kenapa pada saat bisa memilih jurusan lain di univ yang ada di depok itu malah disiasiakan kalau ujung ujungnya saya harus sbm lagi, kenapa saya yang harus stress skrg untuk belajar mulu? Dipikir gampang kali ya? Lalu saya juga sadar akan realita bahwa saya sudah tidak bisa mengejar materinya lagi, saya sudah tidak pernah belajar lagi materi SBM sejak kuliah, dipikir pikir juga bandingkan saja dengan saya yang sudah belajar mati matian tahun lalu saja masih ga dapet apalagi tahun ini yang belajar hanya bbrp bulan, masa bisa dibandingkan dengan pengejar ptn tahun ini yang udh bljr dari kapan tau. Saya sebenernya ingin ga ambil pusing, gamau sbm lagi,  tapi saya merasa kasihan dengan orang tua saya, namun saya harus apa ketika realita emang pahit? Saya juga sudah berpikir untuk dijalankan saja tapi lagi lagi saya takut mereka kecewa akan ekspektasi mereka yang terlalu tinggi 🙁 Tolong siapapun , pls kasih saran, saya harus apa, saya bingung, mungkin terdengar seperti mengeluh, tapi tidak, saya juga sudah mencoba belajar, ikut try out online tapi memang otak saya tidak bisa mengingat kembali, kalau saya tidak bisa diterima saya kasihan dengan orang tua saya 🙁 Terima kasih

1 Answers
faradilah Hanum Staff answered 4 years ago

J : Halo, sebelumnya, terimakasih ya karena sudah bercerita disini,

Sebelumnya, apakah kamu pernah bertanya pada diri kamu sendiri dengan jujur tentang apa yang ingin kamu lakukan dalam hidup, apa yang menjadi passion dan impian kamu sendiri? Sebenarnya, adalah hal yang wajar ketika orang lain, terutama orang tua memiliki ekspektasi pada anaknya. Hal itu menandakan bahwa mereka percaya kamu mampu untuk meuwjudkan impian mereka. Namun, perlu dipahami, bahwa bersikap jujur pada diri sendiri adalah hal yang paling penting untuk dilakukan, sekalipun itu bertentangan dengan orang lain bahkan orangtua kita sendiri. Tanyakan pada dirimu sendiri, apa benar, kamu ingin menjadi dokter? Abaikan saja dulu kenyataan tentang orangtua yang menyuruh kamu untuk mejadi dokter, namun, tanyakan pada dirimu apakah benar dokter menjadi sesuatu yang benar-benar ingin kamu lakukan untuk diri kamu sendiri?

Memang, usia yang kamu lalui saat ini adalah usia yang penuh gejolak dan rasanya semua hal terlihat lebih membingungkan.Hal itu terjadi karena kita sedang dalam proses untuk menjadi lebih dewasa, mungkin kamu tidak sadar, hal yang membuat kamu bimbang adalah kenyataan bahwa kamu sedang dihadapkan oleh banyak hal, namun, hal beratnya adalah, kamu harus mengambil keputusan. Dalam hal ini, kamu sedang belajar mempertimbangka segala sesuatu sebelum mengambil keputusan. Padahal sebelumnya, rasanya tidak pernah sesulit ini karena seringkali apa yang kita lakukan telah diputuskan oleh orang lain, terutama orang tua. Namun sekarang, kamu harus mengambil keputusan sendiri.

Dalam kasus yang kamu alami, ada beberapa hal yang bisa Saya sampaikan untuk kamu,
1.Saya memahami jika tidak semua orang dapat dengan mudah untuk menentukan jalan hidup atau cita-cita yang ingin ia lakukan. Beberapa dari kita bisa menemukan secara cepat mengenai apa yang ingin kita lakukan saat dewasa nanti. Saya memiliki teman, saat SMP, ketika ditanya oleh pembimbing lomba kami mengenai cita-cita, dia dengan mantap menjawab ingin menjadi dosen fisika. Sedangkan saat itu, saya tidak tahu, ingin menjadi apa saya nantinya. Bahkan sampai sekarang, setelah saya lulus kuliah, Saya masih terus mencari dan menerka mengenai apa yang benar-benar ingin saya lakukan, bukan karena orang lain, tapi dari diri saya sendiri. Saya masih mencoba untuk meraba dan mengenali diri saya sendiri.

Tidak apa-apa jika kamu belum benar-benar menemukan apa impian kamu, kamu bisa melakukan yang terbaik untuk yang kamu miliki sekarang.

 

2.Menjadi dokter adalah pilihan yang benar-benar tidak mudah, persaingan yang ketat bahkan dari saat tes pun telah memeberikan pressure tersendiri bagi setiap orang termasuk kamu. Beruntung kamu bisa menjadi mahasiswi kedokteran walaupun tidak di depok. Hal yang paling penting adalah, dimanapun tempat belajar kamu saat ini, kualitas diri kamu sebagai individulah yang paling penting. Kamu tetap bisa menjadi dokter hebat sekalipun bukan berasal dari kampus depok. Yang terpenting adalah bagaimana upaya kamu untuk berkembang dan belajar dengan sungguh-sungguh. Orang lain, termasuk pasien kamu nantinya, tidak akan begitu melihat kamu dari kampus mana, namun, yang benar-benar menjadi concern mereka adalah kemampuan kamu dalam mengobati pasien. Jadi jangan berkecil hati, jadikanlah ini peluang untuk kamu berkembang dan belajar sekaligus melawan stigma jika orang-orang terbaik hanya dari kampus terbaik.

 

Kamu telah bersungguh-sungguh dalam belajar untuk berada pada posisimu sekarang, jadi kamu tidak boleh menyia-nyiakannya. Jangan terlalu keras pada diirmu sendiri, membandingkan diri dengan orang lain memang terkadang diperlukan sebagai cambuk untuk mengukur kemampuan kita, namun jangan terbawa oleh impian orang lain. Setiap orang punya caranya masing-masing dalam mejalani hidup ataupun impiannya. Jika kamu merasa teman-teman kamu melakukan lebih baik, percayalah, kamu harus lebih banyak melihat dirimu sendiri. Kamu telah berusaha sekuat kamu, bahkan mungkin melebihi kapasitasmu sendiri, dan untuk hal itu, mungkin tidak dilakukan oleh teman-temanmu yang lain. Temanmu boleh memiliki nilai angka yang lebih tinggi dari kamu, tapi, cobalah untuk melihat kamu kebelakang, usaha kamu, airmata kamu untuk bisa sampai pada posisimu, hal-hal itu memberikan insight tersendiri untuk kamu, membuatmu lebih belajar untuk menjadi seorang pekerja keras. Mungkin kamu tidak sadar, namun setidaknya kamu harus lebih menghargai diri kamu dan usaha kamu.

 

3.Mengenai kebimbangan kamu untuk ikut SBM lagi atau tidak, tentu kamu harus mempertimbangkan banyak aspek lain. Yang terpenting, ajak diri kamu sendiri untuk berdiskusi, sebelum berpikir mengenai apa yang orang lain pikirkan, tanyakan pada diri kamu, apakah perlu bagi kamu untuk ikut SBM lagi.Apakah kamu mau mengulang dari awal, perhitungkan apa yang kamu dapatkan dan apa yang akan hilang dari kamu ketika kamu mengambil keputusan untuk ikut SBM lagi.

 

Sedikit cerita, saya juga bukan orang yang mulus dalam hal SBM, saya ikut hingga 3 kali, namun itu terjadi karena keinginan saya sendiri. Orang tua dan kakak saya sangat berharap besar agar saya bisa berkuliah teknik, namun saya tahu, meskipun saya tidak menginginkannya, tapi saya waktu itu tidak bisa menolaknya karena saya pun belum begitu paham apa yang ingin saya lakukan. Saya diterima menjadi mahasiswi teknik sipil, sesuai dengan keinginan orang tua dan kakak. Namun saya semakin sadar, ketika saya menjalani perkuliahan, saya benar-benar tidak menginginkan berada disitu, sehingga yang saya lakukan adalah berusaha untuk mendapatkan nilai yang baik sambil bertekad untuk ikut SBM lagi ditahun depannya agar bisa keluar dari kampus itu. Waktu itu, kuliah saya full, dari pagi sampai sore, Senin sampai Jumat sangat padat, namun tekad untuk keluar begitu besar, akhirnya yang bisa saya lakukan adalah merelakan jam tidur saya, rata-rata saya hanya bisa tidur sekitar 3 jam setiap hari selama dua tahun untuk ikut SBM lagi sambil tetap berkuliah.

Berbeda dengan teman saya, ia juga tidak menyukai teknik sipil, namun tetap bertahan dan mencoba untuk menyukai teknik sipil. Teman saya tersebut tidak mau mengikuti SBM lagi meskipun tidak menyukai perkuliahannya.

Selalu ada konsekuensi dari pilihan apapun yang kita ambil. Dengan ikut SBM lagi, saya akhirnya berhasil keluar dari perkuliahan yang tidak saya sukai, dan berada dalam jurusan yang lebih saya sukai. Namun, konsekuensinya, saya mulai dari awal, belajar lagi dari awal, dengan usia yang sedikit lebih tua dibanding dengan yang teman seangkatan yang lainnya. Pun dengan teman saya, konsekuensi yang ia alami adalah tetap berada dalam teknik sipil, dan mungkin bekerja dibidang yang tidak ia sukai. Namun Ia tidak perlu belajar dari awal ataupun kehilangan lebih banyak waktu seperti saya. Saya saat itu memahami konsekuensi, namun saya pertimbangkan apakah saya mampu menanggung konsekuensinya, dan saya siap untuk kehilangan lebih banyak waktu, pikiran, dan uang tentunya.

Sama seperti kamu,  pertimbangkan segala konsekuensinya. Mana yang bisa kamu ambil, mana yang ingin kamu pertahankan, mana yang tidak ingin kamu hilangkan. Tanyakan pada dirimu sendiri, dan bukan pada orang lain. Prioritaskan dirimu dalam megambil keputusan, karena kamu yang akan menjalaninya dan agar kamu tidak menyesal dikemudian hari, sekaligus membuat kamu menjadi lebih dewasa dalam mengambil keputusan dihidup kamu sendiri.
4.Jika kamu yakin dengan kuliah kedokteranmu saat ini, dan rasanya tidak ingin mengambil SBM lagi, maka selanjutnya kamu buat daftar konsekuensi yang akan kamu hadapi dari keputusanmu itu. Dalam kasus kamu, mungkin konsekuensi pertama adalah masalah finansial ketika kamu tetap memutuskan untuk diluar pulau Jawa.

Seperti yang sudah saya ceritakan di poin atas, saya juga memiliki kendala finansial ketika memilih untuk pindah kampus, karena ini adalah keputusan saya untuk pindah, maka saya harus siap untuk mencari biaya sendiri. Kamu pun mungkin demikian, cobalah untuk mencari beasiswa dari pihak admisi kampusmu. Waktu itu, hal pertama yang saya lakukan setelah pindah kampus adalah mencari beasiswa dan mencari uang untuk membiayai uang kuliah saya sendiri. Jika kamu siap dan bertekad, akan selalu ada jalan, termasuk finansial. Saya yakin akan mudah untuk medapatkan beasiswa jika kamu berprestasi dan aktif mencarinya, tidak hanya dari pihak admisi kampus, kamu bisa mulai searching beasiswa lewat internet, maupun mencari penghasilan tambahan dari memberi les private misalnya. Intinya kamu harus aktif dalam mencari peluang. Hitung-hitung, hal itu bisa melatih kamu untuk bersikap lebih mandiri dan independen secara finansial.
5.Untuk masalah orangtuamu, konfrontasi pasti ada ketika kita memilih jalan yang berbeda dari yang mereka harapkan. Namun kamu harus yakinkan mereka bahwa kamu bisa bertanggungjawab atas keputusanmu. Kamu telah dewasa, sehingga kamu siap akan konsekuensi dari keputusan kamu sendiri. Tidak mudah memang, saya pun demikian ketika memutuskan pindah, orang tua dan kakak saya kecewa sekali pada saya. Namun, saya yakinkan pada diri saya sendiri, bahwa dibanding orang lain, diri saya sendiri juga memeperlukan prioritas. Karena saya tahu tidak enaknya hidup dalam impian orang lain, maka saya ingin memperjuangkan impian saya sendiri. Tetap jalin hubungan yang baik dengan orangtuamu. Saya yakin, lambat laun, mereka akan memahami keputusan kamu, asalkan kamu serius pada apa yang kamu jalani, mereka pasti akan mendukung kamu. Karena sebeanrnya orangtua hanya tidak ingin anaknya kesusahan, sehingga seringkali hal itu menimbulkan kesalahpahaman pada kita karena hal tersebut mungkin bertentangan dengan impian kita.

Itu adalah beberapa hal yang bisa saya sampaikan ke kamu, semangat ya, kamu akan menemukan jalannya.

-tim tanya konselor-