Pacaran Dengan Suami Orang, Berujung Depresi

Tanya KonselorCategory: PsikologiPacaran Dengan Suami Orang, Berujung Depresi
Violita Putri Halim asked 5 years ago . Client detail : , y.o

Salam kenal untuk Kakak-kakak Konselor, perkenalkan saya seorang wanita single muda berumur 25 tahun yang tinggal di Jawa Timur. Dari judul curhatan yang saya tuliskan, memang sangat provokatif, apalagi cerita seperti ini yang pastinya akan mendapat respon negatif dari masyarakat. Istilahnya yang populer saat ini untuk diri saya adalah pelakor, wanita murahan. Tapi sebelum itu, bisakah sejenak kakak mengesampingkan pemikiran negatif untuk melihat keutuhan cerita dari sudut pandang saya? Bukan saya ingin mencari pembelaan, saya tahu apa yang saya lakukan ini salah, tidak peduli mau setulus apapun perasaan saya, tapi saya juga seorang wanita biasa yang juga memiliki perasaan.

Saya mulai kisah pahit saya ini. Lelaki ini adalah rekan di perusahaan tempat saya kerja, dimana saya baru bergabung pada pertengahan tahun 2017. Dia baru menikah pada awal tahun 2017 setelah 4 tahun lamanya pacaran, dan pada awal tahun 2018 kami pun mulai dekat. Pendekatan yang ia lakukan kepada saya lebih seperti perhatian layaknya kakak ke adiknya, namun semakin dalam dan jauh. Saya merupakan anak sulung dari 2 bersaudara, adik saya masih SMA, mama saya tidak bekerja dan papa saya sudah meninggal pada awal tahun 2015. Kondisi ini menjadikan saya sebagai tulang punggung keluarga dimana saya memanggul tanggung jawab besar di pundak saya. Hal ini lah yang menjadi alasan lelaki itu merasa salut kepada saya, sehingga dia ingin melindungi dan membantu saya. Sekuat dan setegar apapun seorang wanita, dia pasti akan jatuh juga dengan segala perhatian, kasih sayang, dan ketulusan yang diberikan oleh seorang pria. Ya, saya jatuh cinta dengan karakter lelaki itu, kondisi maupun statusnya kini tak menjadi penting lagi. Lelaki ini memiliki kesabaran dan pengertian yang luar biasa, tapi dia hanya lelaki biasa dengan gaji standar (bahkan gaji saya jauh lebih besar daripada gajinya). Namun, dia bisa memberikan banyak waktunya untuk saya, bahkan saat weekend. Dapat dilihat disini bahwa istrinya sangat mempercayainya, yang dia balas dengan sejuta kebohongan. Istrinya juga bekerja dan mereka mulai mencicil rumah, dimana pertengahan tahun 2019 ini akan mulai ditempati. Sebagai informasi saja, bahwa hubungan lelaki ini degan istrinya sangat baik, mereka memiliki pernikahan yang bahagia. Namun semakin lama yang saya rasakan semakin tidak karuan, tidak hanya perasaan bersalah tapi juga cemburu, amarah, sedih, dan bahkan niat untuk memiliki seutuhnya lelaki itu. Saya sudah coba untuk pergi meninggalkan dia berkali-kali, bahkan saya sampai pindah tempat kerja, namun tetap saja kami kembali lagi, entah karena dia yang mencari saya dulu atau sebaliknya. Semua itu karena perasaan kami yang teramat kuat, sudah terbiasa bersama selalu dan saling membutuhkan. 
Namun saya sampai pada satu titik, dimana saya sadar ini tidak bisa diteruskan. Akhirnya saya mengambil satu keputusan fatal yang amat saya sesali sampai saat ini. Saya menghubungi dan memberitahu istrinya mengenai hubungan kami. Saya sampaikan kepada lelaki itu alasan saya melakukannya agar hubungan kami benar-benar berakhir. Jika istrinya tahu dan saya yakin dia akan memaafkan suaminya, maka tidak akan ada lagi kesempatan kami untuk bersama. Dan mungkin saja lelaki itu bisa membenci saya dan melupakan saya. 
Lalu sampai disini masalahnya apa? Masalahnya adalah saya hancur. Saya sudah menyiapkan diri atas segala bentuk respon dari istrinya, saya dihina, direndahkan dan dikutuk, tidak hanya dari istrinya tapi juga adik lelaki itu. Tapi yang saya tidak siap adalah respon dari lelaki yang saya cintai. Dia tidak membalas pesan saya, dan langsung block nomor saya. Seminggu lamanya dia menghilang, saya coba hubungi dengan nomor lain. Intinya dia marah dan emosi pada saya, dan dia akan mengabulkan keinginan saya agar dia benci kepada saya. Dan memang benar, tidak ada lagi kesempatan kami untuk bersama karena dia tidak ingin kehilangan istrinya 🙂 Dia berkata, “Aku janji bakal maafin kamu, aku sangat berharap kamu segera menemukan pelangimu. Sampai jumpa lagi.”
Dan diapun pergi, benar-benar pergi. Lelaki yang selalu sabar dan lembut menghadapi saya, baru kali ini marah besar atas sikap saya. Yang saya herankan adalah respon diri saya sendiri. Bukankah ini memang hal benar yang memang harus dilakukan? Kenapa saya menyesal? Kenapa saya merasa hancur berkeping-keping? Bukankah dari awal harusnya saya sudah tahu bahwa dia mencintai istrinya lebih dalam dan tidak akan pernah memilih saya, lalu kenapa saya berharap terlalu besar padanya? 
Saya sudah berusaha keras melupakan dia, tapi rasa sakit ini begitu besar. Saya kehilangan selera makan, saya menyakiti dan merusak diri saya sendiri, berat badan saya turun drastis. Lebih beratnya lagi saya tidak bisa menceritakan ini kepada siapapun, saya menutupi semuanya rapat-rapat. Saya berusaha tersenyum dan tertawa walaupun sebenarnya di balik itu semua saya depresi. “Waktu akan menyembuhkan segalanya”, namun yang saya rasakan semakin lama saya semakin tersiksa, saya merasakan kesedihan yang tak berujung. Saya tidak semangat melakukan apapun, apalagi melanjutkan hidup. Tapi saya tetap berjuang, demi mama dan adik saya. Apa yang harus saya lakukan? Saya sudah mencoba pergi berlibur, berkumpul bersama teman-teman, tapi setiap saya sendirian perasaan itu selalu muncul, seolah-olah menjadi hantu dan terus membayang-bayangi saya kemanapun dan kapanpun itu. Tolong saya, saya sangat menderita 🙁 

1 Answers
faradilah Hanum Staff answered 4 years ago

Hai Vio, 😊😊
 
Jika boleh jujur, Perasaan paling rumit yang dimiliki manusia adalah ketika mencintai seseorang, karena seringkali kita tidak bisa mengontrol perasaan tersebut. Terlalu banyak variabel tak terduga yang sulit kita kendalikan ketika menyangkut hal tersebut.
 
Bisa dikatakan, mungkin kamu mencintai disaat yang tidak tepat dengan orang yang tidak tepat pula. Saya menyukai usaha dan keberanian kamu untuk keluar dari hal yang kamu sadar itu salah. Tidak semua orang mau berjuang untuk itu. Saya pun yakin, kamu juga menderita atas hubungan tersebut. Saya pikir, apa yang kamu lakukan adalah benar dengan mengakhiri hubungan yang tidak seharusnya, bagaimanapun, menjadi orang ketiga bukanlah sesuatu yang benar.
 
Perasaan menderita karena mencoba melupakan orang yang kita cintai pastilah menyesakkan. Tentu, ada fase fase yang kita lalui dari sebuah kegagalan, termasuk perasaan yang amat sakit di dada, seolah waktu tidak bisa menyembuhkan, seolah kita hanya berdiam di satu waktu, tidak melaju. Namun, sebenarnya, setelah fase itu, kamu akan menemukan fase penerimaan diri, fase healing, dimana kamu bisa berpikir lebih jernih, dan merasa lebih lapang serta bijaksana.
 
Jika boleh jujur, mencintai seseorang yang belum sah menjadi miliki kita terlalu dalam, pada akhirnya akan melukai perasaan kita sendiri. Hubungan mencintai adalah hubungan dua pihak, dua arah, menjadi menyakitkan ketika itu hanya menjadi hubungan sepihak. Dan itulah rasa sakit terbesarmu. Jika saya boleh berkata, menurut saya, laki laki yang kamu cintai ini adalah orang yang egois, karena dia tidak menghormati apa yang kamu rasakan, pun dengan istrinya, Ia laki laki yang tidak adil. Jika ia adalah laki laki yang baik, maka Ia akan menghormati dan menjaga cinta istrinya. Dan tentu akan menghormati kamu, dengan cara tidak membuat mu menumbuhkan perasaan cinta untuknya. Kamu harus memahami, jika laki laki seperti ini tidak pantas untuk mendapatkan perasaan yanh tulus darimu. Bagaimana bisa, dia melakukan hal itu ketika dia telah memiliki istri.
 
Saya memahami perasaanmu sebagai putri sulung yang tentu membutuhkan kekuatan. Mungkin saja, kamu hanya merasa bahwa laki-laki itu adalah sumber kekuatan kamu ditengah banyaknya tanggung jawab yang kamu pikul. Saya pikir, yang harus kamu lakukan adalah untuk menemukan kekuatan dari dalam diri kamu sendiri. Bukan dari orang lain. Ketergantungan kita pada orang lain, entah itu sadar atau tidak, akan berakhir membuat kita kecewa karena kita tidak bisa mengandalkan orang lain.
 
Lalu sekarang, bagaimana cara untuk menemukan kekuatan dari diri sendiri itu? Kamu harus tahu, jika kekuatan, ketenangan, dan kebahagiaan yang benar adalah yang datang dari diri sendiri. dari hati kamu sendiri. Jika kamu seorang muslim, maka meminta kekuatan pada pemilik kekuatan yang sebenarnya, yakni Allah adalah sebenarnya jalan. Namun, jika kamu non muslim, maka meminta kekuatan pada Tuhanmu adalah hal yang utama. Mendekatkan diri pada Tuhan adalah hal mutlak yang harus kita lakukan, karena bisa jadi, kita melupakan sesuatu yang lebih berkuasa atas diri kita karena terlalu terbuai pada makhlukNya.
 
Perbuatan berasal dari pemikiran. Kamu stress sampai tidak ingin makan dan menjadi kurus, karena pemikiranmu masih ada didalam rasa sakit karena peristiwa yang kamu alami. Membaca banyak referensi, buku, film, atau mencari insight dari orang lain akan membantumu untuk membentuk pemikiran yang baru. Setidaknya kamu bisa mendapatkan point of view yang lebih luas, dan tidak terjebak pada rasa sakit yang ada dipikiranmu. Tidak perlu ragu untuk menemui psikiater jika itu perlu.
 
Menyibukkan diri dengan banyak hal positif dan memperluas lingkup pertemanan akan membantumu untuk menjadi lebih produktif termasuk pemikiranmu. Memperkaya banyak pengalaman baru, maupun travelling, bisa menjadi referensi untuk membantumu lebih luas dalam melihat sesuatu. Rasa sakit maupun rasa cinta, menurut saya, semua Rasa memiliki waktunya masing masing, tidak ada yang selamanya. Semua rasa memiliki limit waktunya sendiri sendiri. Jangan terlalu keras pada dirimu sendiri. Ini adalah salah satu fase dimana kamu akan menjadi seseorang yang lebih dewasa untuk masa depanmu.
 
Lupakanlah laki-laki tersebut dengan cara yang natural, jangan bersikap terlalu keras untuk melupakan, karena itu akan semakin menyiksamu. Jika dalam proses melupakan ini, perasanmu mengatakan bahwa kamu masih menyukai dan merindukannya, kamu akui saja itu, Katakan ini pada dirimu ” Benar, aku masih menyukainya, namun aku sadar bahwa apa yang aku lakukan dengan melupakannya adalah hal yang benar, aku tidak mau melukai diriku lebih dalam dengan mencintai orang yang salah”

Akui perasaanmu dan apa yang kamu pikirkan, jangan bersikeras untuk menolak atau membohongi diri karena itu akan menyiksamu dan membuatmu semakin sulit untuk melupakannya.

Dengan lebih jujur pada diri sendiri, kamu akan lebih bisa menerima diri sendiri, dan bisa melupakan seseorang dengan cara yang lebih melapangkan. Saya yakin, diluar sana, atau beberapa tahun kedepan, kamu bisa mendapatkan seseorang yang benar benar mencintaimu, seseorang yang bisa kamu cintai diwaktu yang tepat, karena Tuhan menciptakan manusia berpasangan, jadi, kamu tidak perlu takut maupun khawatir jika belum dipertemukan dengan laki laki yang seharusnya. Karena mungkin saat ini memang belum waktunya saja 😁😁
 

-tim tanya konselor-