Depresi

Tanya KonselorDepresi
Annisa asked 5 years ago . Client detail : , y.o

Dok, saya sering mengira kalau penyakit yang saya alami itu depresi. Ketika stress, jantung saya berdebar, sesak napas, demam, dan sulit berpikir. Saya memiliki dendam kepada seseorang yang telah menghancurkan hidup saya setahun ini. Ia tidak pernah meminta maaf. Apakah yang harus saya lakukan? Apakah saya harus berdamai dengannya sementara saya harus menahan sakit? Apa saya yang harus memulai percakapan terlebih dahulu? Saya ingin bebas dari semua pikiran saya.

1 Answers
faradilah Hanum Staff answered 4 years ago

 Hai Annisa,
 
Saya coba memahami hal yang membuat kamu demikian. Dendam pasti hal yang berat dan sulit sehingga kamu mengalami kendala psikologis yang mengganggu dan menimbulkan dampak psikosomatis (kondisi psikis mempengaruhi kondisi fisik saat penyebabnya muncul/hadir).
 
Disakiti atau dihancurkan oleh seseorang terutama orang yang dekat dengan kamu memang menyebabkan berbagai emosi negatif yang tak terkontrol. Efeknya bisa menimbulkan ketidakpercayaan, dendam, kemarahan dan kebencian yang tak habis-habis dan bisa terbawa dalam hubungan berikutnya dengan orang yang berbeda. Jelas hal tersebut sangat merugikan kamu, sebab energi, pikiran, emosi kamu terkuras dan akan menimbulkan kelelahan baik secara fisik maupun psikis. Jadi, tak perlu menyimpan dendam. Fokus yang harus kamu pikirkan dan selamatkan saat ini adalah diri kamu sendiri. Goal-nya adalah mental health kamu sehat dan stabil.
 
Saya pernah berada dalam kondisi sepertimu. Rasanya sangat menyiksa. Namun, yang lebih menyiksa adalah kenyataan jika kita sakit sendiri, padahal orang yang menyakiti kita bahkan mungkin tidak merasa telah menyakiti. Itu sangat menyebalkan dan membuat sesak didada. Saya bahkan harus beberapa kali periksa ke dokter atas sesak yang saya alami, dan yah, para dokter tersebut menyatakan penyebab sakit yang saya alami adalah karena berasal dari pikiran.
 
Dari situ, saya merasa bahwa saya perlu menemukan jalan keluar. Dan saya pikir, satu satunya jalan untuk menyelamatkan diri saya sendiri adalah mengeluarkan apa yang membebani hati dan pikiran saya. Saya mulai menghubungi orang orang yang membuat saya begitu terluka, Saya katakan semuanya, bahwa dia harus minta maaf pada saya, saya nyatakan semua hal salah yang pernah ia perbuat pada saya. Jika boleh saran, menyatakan secara langsung akan lebih melapangkan hati kamu.
 
Seringkali kita menemui orang orang yang memang tidak tahu diri karena tidak mau minta maaf setelah berbuat salah, parahnya mereka tidak sadar jika berbuat salah. Maka mulai sekrang kamu harus tegas pada dirimu sendiri dan orang lain. Ciptakan batasan bagi orang lain, dan jangan biarkan mereka melewati batasan yang kamu buat. Jika kamu merasa tersakiti dengan perbuatan jenis A, maka jangan biarkan orang lain melakukan kesalahan jenis A tersebut padamu. Kamu harus berkata pada mereka, ” Aku g suka ya kalau kamu melakukan ini padaku” seperti itu. Marahlah jika perlu, namun harus tetap dalam batasan yang benar. Hal itu digunakan untuk menunjukkan ketegasan kamu pada orang lain, bahwa mereka perlu menghargai dirimu, bahwa kamu tidak bisa diperlakukan sembarangan.
 
Jangan dipendam, jangan berpura pura dan memaksakan diri bahwa kamu bisa baik baik saja membawa dendam. Tidak ada yang bisa memikul itu, akui bahwa kamu terluka, akui perasaan jika kamu ingin dihargai. Akui perasaan bahwa kamu ingin mendengar kata maaf dari orang yang menyakitimu. Memendam hanya akan memperburuk keadaan ditambah asumsi dari pemikiran negatif yang tumbuh dari hasil memendam perasaan menyakitkan,akan membuat kita semakin tersiksa.
 
Semakin cepat kamu menyatakan dan mengeluarkan semua, maka semakin cepat pula kamu bisa terbebas dari perasaan yang kamu alami. Karena saya juga melakukan itu, setahunan memendam kebencian dan hanya berharap orang lain untuk bisa peka dan minta maaf, bukanlah sebuah solusi dan hanya menyakiti diri kita sendiri. Saya juga mengalami hal yang sama denganmu, maka ketika saya melakukan itu, beban saya bisa terangkat, sesak yanh saya rasanan pun berangsur angsur membaik. Sayangi diri kamu sendiri, jaga kesehatan diri kamu sendiri, jangan biarkan orang lain merusaknya.
 
Selanjutnya, yang perlu kamu persiapkan adalah ekspektasimu terhadap respons orang tersebut. Hindari membuat ekspektasi tinggi, akan lebih baik jika kamu tidak menetapkan ekspektasi atas responsnya. Terima dan syukuri apapun tanggapan dia nanti. Yang bisa kita kendalikan adalah diri kita, sedangkan hal di luar diri kita sulit dikendalikan termasuk responsnya. Kamu pasti sangat berharap dia minta maaf, akan tetapi jika dia tidak melakukannya tak perlu kecewa. Tugasmu selesai saat mengungkapkan apa yang kamu inginkan darinya. Tujuanmu bicara dengannya adalah demi kesehatan fisik dan mentalmu. Jadi lakukan itu demi kebaikanmu bukan demi mendapat responsnya. Mungkin pengalaman masa lalumu menjatuhkanmu, tapi apapun itu kamu sangat berharga dan layak untuk bahagia. 💞💞💞
 
-tim tanya konselor-