Capek tinggal serumah dengan mertua

Tanya KonselorCategory: Masalah KeluargaCapek tinggal serumah dengan mertua
Violetta asked 3 years ago . Client detail : female, 25-30 y.o

Bulan lalu saya baru melahirkan. Bbrpa hari stlh lahiran kakak ipar dan mertua (bapak suami) saya meninggal krn covid. Mertua (ibu suami) saya positif covid, dan suami saya sibuk mengurus keluarganya. Krn takut saya dan anak terpapar virus covid akhirnya saya tinggal dulu di rumah nenek saya dengan ibu saya. Hampir 3 minggu tinggal terpisah dgn suami saat itu jg saya baby blues. Stlh itu saya tinggal di rumah mertua sama suami. Stlh kejadian itu mertua saya jd takutan kalo sendirian jd maunya ikut2 kemana2. Mertua saya ini baik sih tp ya namanya mertua kan saya jd harus jaga sikap setiap hari, apalagi mertua saya orgnya rajin bersih2 dan ga bs diem, pasti ada aja yg dikerjain. Sementara saya orgnya males2an, dulu pas tinggal berdua dgn suami kalo bersih2 manggil goclean kalo laper ngegofood hehe. Saya kerja wfh smntara suami saat ini masih nganggur, gatau deh kalo suami udh dpt kerja nanti kalo berdua dgn mertua di rumah gmn. Apalagi posisi rumah 2 lantai tp kita tempatin cm di lantai 1nya dan di lt 1 cuma ada 1 kamar. Jd mertua saya tidur di ruang keluarga gelar kasur. Saya suami dan anak di kamar yg kamar ini kamar mertua saya. Kamar saya dan suami di lt 2 tp suami kasian sama ibunya kalo sendirian di lt 1. Jd saya bener2 disini ga punya me time dan ga punya privacy jg. Me time cm bisa kalo suami dan mertua ada urusan keluar, itu jg saya disuru ikut tp saya bilang ke suami kalo kurang tidur jd cm pgn di rumah aja. Saya jg orgnya introvert tp keluarga suami sprtinya condong ke ekstrovert. Mulai dr kakaknya yg suka videocall hampir setiap hari dan skrg tiap hari minggu ponakannya main ke rumah. Saya ngerasa capek bgt selama tinggal disini, saking capeknya saya pernah pengen ngebanting bayi saya krn terus2an nangis dan kondisi emg capek parah dan kurang tidur. Akhir2 ini saya jd semakin capek dan jenuh jg, apa mending saya ikut tinggal dengan ibu saya saja di kota lain? Tp nanti tinggalnya terpisah dgn suami, kasian jg sama baby kalo kepisah sama bapaknya. Tp saya jg bingung masa harus terus hidup kaya gini

1 Answers
Arinal Nurkhoirunnisa Staff answered 1 month ago

Hai, kami berterima kasih atas keberanian kamu menceritakan kondisi kamu selama ini. Saya bisa merasakan betapa beratnya situasi yang kamu sedang alami.
Melahirkan merupakan sebuah pengalaman yang membuat banyak perubahan besar, seperti yang sedang kamu alami saat ini yaitu adanya perasaan stres, kelelahan, dan perasaan yang lebih sensitif.
Kamu sedang menghadapi banyak tantangan, ditambah lagi kehilangan anggota keluarga karena COVID, perasaan terisolasi dan terpisah dari suami, serta tekanan hidup bersama mertua yang memiliki kebiasaan yang berbeda dari kamu. Tidak hanya itu, kamu juga sedang dalam masa pemulihan setelah melahirkan dan merawat bayi yang membutuhkan perhatian. Kondisi ini sangat melelahkan, dan perasaan “kehabisan tenaga” yang kamu rasakan adalah hal yang sangat manusiawi.
Kemudian apakah lebih baik tinggal bersama ibu kamu di kota lain? Tentu keputusan tersebut tidak mudah. Saya paham bahwa kamu merasa tertekan karena kurangnya privasi dan waktu untuk diri sendiri, yang sangat penting untuk kesehatan mental. Me time yang terbatas dan perasaan selalu “dipantau” bisa menambah rasa stres, terutama karena kamu juga seorang introvert.
Namun, tinggal jauh dari suami dan terpisah dari anak akan memunculkan perasaan cemas dan bingung. Kamu merasa khawatir tentang keseimbangan antara menjaga hubungan keluarga dan kebutuhan pribadi kamu.
Salah satu hal yang dapat kamu coba adalah mengkomunikasikan perasaanmu dengan suami secara terbuka dan jujur. Agar suami dapat memahami lebih dalam tentang kondisi kamu dan dapat menjadi suami yang lebih supportif.
Kemudian suami dapat membantu mengkomunikasikan dengan bahasa yang halus dan terbuka kepada ibu mertua dengan tetap menghormati orang tua.
Bisa jadi mereka belum sepenuhnya menyadari betapa beratnya perasaanmu dalam situasi ini. Jika memungkinkan, kamu bisa mencari kompromi agar kamu mendapatkan sedikit waktu pribadi untuk melepaskan penat, seperti menetapkan waktu tertentu setiap minggu sendiri tanpa gangguan.
Selain itu, penting juga untuk menjaga kesehatan fisik dan mental. Kurang tidur dan kelelahan yang kamu alami bisa memperburuk kondisi emosionalmu. Mungkin kamu bisa mencari cara untuk mendapatkan tidur yang lebih baik, misalnya dengan meminta bantuan suami atau mertua untuk menjaga bayi agar bisa tidur lebih lelap. Selain itu, kamu juga bisa mencari dukungan dari teman atau profesional untuk mengatasi baby blues yang mungkin kamu alami.
Jika kamu merasa lebih nyaman tinggal bersama ibumu untuk sementara waktu untuk mengatur perasaan dan mengatur ulang diri, itu juga bisa menjadi pilihan yang baik. Namun, saya sarankan untuk membicarakan hal ini dengan suami terlebih dahulu agar ada pemahaman bersama mengenai keputusan tersebut.
Terakhir, jangan ragu untuk mencari dukungan, baik itu dari orang terdekat atau seorang konselor profesional, untuk membantumu melewati masa-masa ini.
Doa tulus kami semoga kamu sehat selalu dan diberi kemampuan untuk melalui kondisi ini dengan hati yang damai.
Tim Tanya Konselor