Disaat ortuku pisah, dan tali persaudaraan dengan kakak sepupu dan keluarga besar dari pihak ayah pecah, karena mereka tidak merasa bersalah, dan sikap saya akhir2 ini semakin berbeda dari sikap yg dulu, aku jadi tidak suka berkunjung kerumah saudara, trus egois semakin tinggi, dan aku tidak selalu merasa bersalah bahkan enggan bilang minta maaf. Lalu apa yg harus saya lakukan ? Saya ingin terbebas dari perasaan yg menanggu kejiwaan saya, apakah ada solusi yg membuat kejiwaan saya membaik tanpa harus merasakan sakit hati ?
Halo, kak, terima kasih ya sudah mau menghubungi kami dan mau berbagi cerita. Aku harap hubungan kakak dengan setiap anggota keluarga kakak sudah semakin membaik ya, kak. Sebelumnya, aku turut sedih dengar cerita kakak. Kakak pasti udah berusaha sedemikian mungkin untuk sampai ke titik sekarang ya, kak? Makasih ya, kak, sudah mau bertahan sampai saat ini. Aku harap masa-masa sulit kakak sudah berlalu ya, kak.
Perpisahan orang tua pastinya berdampak besar terhadap kondisi psikologis anak, ditambah lagi perpisahan ini juga merusak tali persaudaraan antara 2 keluarga besar. Oleh sebab itu, wajar jika kakak mengalami berbagai perubahan perasaan. Itu wujud dari keterkejutan kakak terhadap peristiwa yang terjadi. Dan satu hal yang aman untuk dilakukan adalah meluapkan perasaan tersebut ke dalam hal yang positif atau setidaknya tidak negatif. Kakak boleh saja beristirahat sejenak dari keramaian atau dari pertemuan dengan keluarga/saudara kakak. Menikmati waktu sendiri dengan hal-hal yang kakak sukai untuk sementara waktu. Atau, jika kakak berkenan, kakak bisa jalan bareng teman-teman terdekat kakak yang mungkin bisa membantu memperbaiki perasaan kakak. Nanti jika perasaan kakak sudah membaik, kelak kakak mulai lebih ringan untuk bertemu keluarga/saudara dan juga tidak merasa egois lagi.
Apa yang kakak alami memang mengganggu kondisi jiwa/mental kakak. Sayangnya, kita tidak dapat mengontrol keadaan sekeliling kita untuk turut menjaga kondisi kita. Pada akhirnya, hanya kita sendirilah yang bisa menolak atau mengizinkan orang lain untuk menyakiti diri kita. Sama seperti kalimat yang sering muncul ini: “Kita hanya punya 1 mulut untuk berbicara, tapi kita punya 2 tangan untuk menutup telinga.” Dimana dari kalimat ini, kakak bukan diminta untuk standing tall mempertahankan diri kakak, melainkan kakak memiliki kuasa untuk menolak atau mengizinkan telinga kakak untuk mendengar perkataan-perkataan negatif dari orang lain.
Selain menghalangi hal buruk masuk ke dalam pikiran/perasaan kakak, kakak juga bisa sambil menguatkan diri kakak agar kelak di tengah badan sekalipun kakak tak akan goyah. Seperti yang sudah disebutkan di atas, caranya bisa dengan melakukan hal-hal yang kakak suka dan berhenti sejenak dalam mengurusi dunia.
Namun saat ini, aku harap cerita kakak ini sudah menjadi masa lalu ya, kak. Dan kakak sekarang sudah hidup jauuuuh lebih bahagia daripada cerita kakak ini! Semangat selalu, kak! <33
– Tim Tanya Konselor