Aku sering stress, atau mungkin depresi atau apalah itu heheh. Bertahun2 aku udah dihadapi dgn hancur-pulihnya kepribadian. Dari anak baik yg hyperaktif (ditambah dgn didikan overprotektif+’toxicparents’) *selalu dibully di sekolah* menjadi anak pendiam yg gak banyak punya temen.
Karena semua yg aku alami, dirumah aku jadi pendiam-tertutup (di kamar terus). Lama kelamaan, Aku jadi sering impulsif. Setiap berantem sama orang tua aku jadi suka teriak kenceng kadang sambil nangis di kamar. Gak mungkin gak kedengaran sama tetangga/orang2 sekitar, Ibuku sendiri pernah bilang aku stress. pokoknya hampir semua orang nganggep aku kayak orang menyedihkan atau sakit wkwkwk.
Aku punya masalah pengekspesian diri. Gak mungkin berekspresi di dunia nyata, aku beralih ke dunia maya–nyari teman–update status–mencoba mengekspresikan sisi melankolis bla2. Tapi itu malah ngebuat aku jadi jauh dari kenyataan dan berharap “andai saja aku punya teman nyata seperti kamu–“. Dan sekarang aku hapus fb dan medsos.
Coba berpikir logis dan positif, penderitaan bisa jadi pembelajaran. Aku berpikir dengan positif, di buku harian sama di depan cermin aku selalu bilang “tersenyum dan bahagialah”. Dan kalo aku tertekan–Aku bakal coba berpikir “ah, mungkin aku aja yg terlalu dramatis dan berlebihan”. Tercipta pola pikir; “selalu bahagia dan jangan pernah menangis”.
Tersenyum, bisa ngurangi rasa sakit dan menipu otak supaya kita ngerasa bahagia.
Saat ngerasa sangat stress, aku coba tersenyum, secara literal. Saat merasa hancur mau teriak, aku coba tertawa terbahak. Saat merasa hancur , aku coba pukul dan tampar wajahku sambil tertawa dan mengalihkan rasa sakit.
Anggaplah, aku ini emang (dipastikan) harus selalu depresi, stress, atau apalah itu. Kira2 bagus dan apakah normal? ketika selalu tertawa terbahak dipaksakan saat diri sangat tertekan? (emang terasa berbeda, tapi aku jadi ngerasa delusional, ‘depersonalisasi’, dan ngerasa jadi individu yg gak normal.)
Dan gimana caranya menjadi biasa dengan rasa sakit? (dunia ini luas’kan.beberapa orang emang bernasib malang.kalopun aku bunuh diri,lalu mati dan dianggap sbg suatu kerusakan.maka,buat aku memang…hidup gak adil,maka matipun gak adil.wajar.aku bener2 ngerti.)
Terimakasih^^
Halo, kak, terima kasih ya sudah mau menghubungi kami dan mau berbagi cerita, kak. Sebelumnya, kami harap kondisi kakak sekarang sudah jauh lebih baik ya, kak. Sebelumnya, aku turut sedih dengar cerita kakak. Kakak pasti udah berusaha sedemikian mungkin untuk sampai ke titik sekarang ya, kak? Makasih ya, kak, sudah mau bertahan sampai saat ini. Aku harap masa-masa sulit kakak sudah berlalu ya, kak.
Aku setuju dengan cara kakak menangis di kamar untuk meluapkan emosi, aku juga setuju dengan cara kakak menguatkan diri berpikir positif dan bilang “tersenyum dan bahagialah”, apalagi dengan pola pikir yang positif. Namun ada baiknya jika semua itu dilakukan di waktu yang tepat ya, kak.
Contohnya, ketika kakak merasakan perasaan negatif (yang biasanya timbul karena perkataan/perilaku orang sekitar), maka usahakan untuk mengekspresikan perasaan tersebut dengan cara yang baik. Seperti: menangis jika sedih atau kecewa, meremas boneka jika sedang marah, menepuk pelan paha berkali-kali jika cemas, dsb. Beri waktu beberapa menit sampai perasaan kakak mereda. Jika memang tak kunjung mereda, kakak bisa mengatur napas dengan perlahan selama beberapa menit, hingga tenang. Setelah tenang, ucapkan ‘Good job!’ ke diri kakak sambil silangkan kedua tangan di dada dan tepuk kedua bahu (butterfly hug). Oiya, butterfly hug ini bisa dilakukan selama beberapa saat loh, kak, sambil terus menyebutkan kalimat-kalimat positif. Aku harap tips ini bisa berguna buat kakak yaaa.
Dan… kakak tidak perlu memikirkan bagaimana caranya menjadi biasa dengan rasa sakit. Sebagai manusia, wajar jika kita merasa sakit terhadap hal-hal yang menyakitkan. Itu manusiawi. Yang perlu kita fokuskan adalah ‘bagaimana cara menghadapinya’, yang tentunya semua itu berbeda sesuai permasalahan yang ada. Misal, kakak tidak sengaja disakiti oleh candaan orang lain, silahkan sampaikan perasaan sakit dengan kalimat seperti, “Maaf ya, sepertinya perkataanmu agak kurang tepat.” –disini kakak boleh ekspresif. Kondisi lainnya, jika semisal kakak dipermalukan di depan umum, ada masanya dimana kakak coba untuk tutupi rasa sakit tersebut dengan senyum tipis, lalu beranjak dari tempat kakak ke tempat yang lebih sepi untuk meluapkan emosi kakak (seperti, menangis).
Cintai diri kakak lebih lagi ya, kak. Perlahan tapi pasti itu tidak apa-apa, karena setiap orang butuh waktu untuk berproses. Jika suatu saat beban yang dirasa sangatlah berat, hubungi psikolog/psikiater/konselor terdekat ya, kak. Jangan biarkan pikiran bunuh diri itu tetap ada.
Walaupun keliatannya mendung masih panjang, bukan berarti matahari sudah gak ada, kak. Aku harap kakak masih mau menanti matahari kakak buat muncul kembali ya, kak. Semangat, kak! ^^
– Tim Tanya Konselor