Apa salah saya?

Tanya KonselorCategory: PsikologiApa salah saya?
Abriza. asked 3 years ago . Client detail : female, 13-16 y.o

Sedari kecil, ibu saya selalu mengajarkan “kalau kamu marah, diem aja, nanti malah makin rumit.” Saya rasa ibu bilang begitu karena kaka ke-4 saya sangat tempramental sekali. Bila ia marah dia akan berteriak, menutup pintu keras-keras dan lainnya. 
Namun.. Selama 2 tahun ini saya mulai merasa tak tahan. Saya iri dengan saudara2 saya yang bisa mengungkapkan emosi nya dengan bebas. Tidak seperti saya yang bila merasa jengkel, hanya bisa membenamkan wajah di bantal lalu menangis. Selalu seperti itu. Kemarahan yang saya rasa pasti selalu berakhir dengan tangisan. Tak pernah saya merasa bebas untuk mengekspresikan rasa marah. 
Kemudian, tadi malam. Ada insiden yang terjadi. Saya baru menyelesaikan tugas dari sekolah, minggu ini cukup padat karena sebentar lagi akan diadakan ujian. Jadi sekolah harus ambil nilai sebanyak-banyaknya.
And so kakak tertua saya yang sudah menikah, meminta saya untuk mengurus paket yang dikirimnya untuk ibu kami. Dia berpesan paket itu harus segera di buka, dan di videokan. Supaya bisa klaim garansi. 
Akhirnya saya lakukan yang ia minta. Lalu di grup Keluarga saya mengirim pesan ” I really need time, for me, myself only. Do not call me or send a message for about 3 days or maybe a week. My energy is drained. Please consider my feelings.” Setelah pesan itu terkirim saya keluar dari grup. 
Jujur saja saya sangat letih. Disamping kewajiban saya sebagai pelajar saya juga masih harus memasak makan malam. Sungguh saya lelah. 
Dan kaka saya tersinggung sampai2 dia bilang kalau saya dan keluaraga hanya menghubungi dia saat butuh saja… “Padahal gue cuman minta tolong itu doang” Kata2 itu yang paling saya ingat. 

Sedihnya anggota keluarga saya, memihak pada kaka saya.. Mereka bilang “kamu kenapa sih? Kalau kamu tahan kan ga bakal kayak gini”

And ibu saya lagi-lagi mengatakan
“Kalau kamu marah diem aja. Jangan buat keadaan tambah runyam.”
Di satu sisi saya senang karena akhirnya saya mulai bisa untuk mengekspresikan emosi yang saya rasakan. 

Namun disisi lainnya saya bingung… Apakah memang saya tidak boleh? Untuk mengungkapkan emosi ini?

1 Answers
M. Alief Sandika Staff answered 7 months ago

Halo Kak Abriza,
Semoga kabar kamu sehat ya disana. Terima kasih sudah berbagi cerita tentang perasaanmu di Curhatin.
Saat kamu menceritakan ini, kamu sedang berusaha menjadi individu yang ekspresif dalam keluarga. Di dalam keluarga, sudah berapa kali kamu mengeluarkan emosi seperti yang kamu curahkan kemarin?. Jika ini kali pertama kamu melakukannya, kamu bisa ingat kembali pertimbangan dari konsekuensi yang sudah kamu pikirkan sebelumnya. Pertimbangan, bahwa emosi sudah sewajarnya diekspresikan dan disampaikan dengan cara yang tepat. Begitu pula konsekuensinya, respon keluargamu yang kurang menyenangkan membuatmu yakin untuk melakukannya.
Sekarang, apakah keadaanmu semakin baik? atau malah sebaliknya? tanyakan pada dirimu, bentuk ekspresif seperti apa yang tepat untukmu dan orang yang kamu sayangi, serta kenali kembali keduanya.
Bicarakan, sampaikan kepada mereka batasan dan caramu mengatur perasaanmu, juga dengarkan batasan dan cara mereka dalam mengatur perasaan mereka.
Bila nanti kamu merasa hal ini sulit dikendali sendiri, kamu boleh banget menghubungi Profesional seperti Konselor atau Psikolog terdekat untuk membersamaimu.
Sebelum aku mengakhiri tulisan ini, aku ingin mengajakmu untuk menyilangkan kedua tanganmu, lalu tepuk bahumu secara perlahan, sambil menarik nafas dan hembuskan perlahan, lakukan ini selama 1 menit.
Terima kasih ya Kak sudah meluangkan waktu untuk membaca ini, semoga sehat dan baik di sana.