Aku dan Ibu Tiri

nabila listya asked 2 years ago . Client detail : female, 25-30 y.o

Hai. Mungkin usia saya terlalu tua (25 thn) untuk curhat masalah seperti ini. tapi jujur untuk saya ini cukup berat bila hanya saya pendam sendiri. Saya tadinya anak tunggal. Ibu saya pengidap skizofrenia sejak saya balita. yang menyebabkan rumah tangga keluarga saya berantakan. Papa saya yang tidak tahan akhirnya berselingkuh dengan istri orang yang memiliki 2 anak. Hingga singkat cerita papa saya dan selingkuhannya menikah dan lahir 2 anak lagi. awalnya saya tinggal dengan papa, tp saat 6 SD saya dipaksa tinggal dengan mama(dewasa ini saya menyadari ibu tiri saya memang ada niat menjauhkan saya dr papa/mengusir saya). Sampai tiba saatnya saya kuliah. Dan papa menghedaki saya utuk kuliah dan tinggal bersama keluarga barunya. jujur hubungan saya dengan si ibu tiri sejak awal tdk baik” saja. Ibu tiri saya dominan dalam rumah tangga yg baru ini. Tentu tidak nyaman rasanya tinggal dengankeluarga baru papa. Dulu saya adalah putri tunggal kesayangan, kemudia dihadapkan pada kebyataan bahwa cinta papa yg dulu telah berbeda. Bahkan dia lebih sayang dgn putri tirinya. Saya amat sangat sakit hati. Hari demi hari rasanya seperti neraka. Sifat ibu tiri saya yang perfeksionis dan dominan membuat saya tertekan. Dia lbh suka bersosialisasi di luar rumah, dan melimpahkan urusan rumah ke saya. dan jujur kuliah saya terganggu. Dan makin ke sini saya berpikir bahwa tujuan saya ikut papa yang awalnya utk kuliah seperti menjadi pudar, dan lbh sering disuruh mengurus rumah. Jika ada yabg tidak beres maka saya akan dimarahi sampai ada kata kata “otak pembantu?bodoh?bego?goblog, otakmu ditaruh mana, dsb”. padahal saya merasa sudah berusaha sebaik mungkin melakukan apa yg dia suruh. Dan parahya lagi, papa saya selalu mengamini, mendukung, dan sepakat dengan apa yg dikatakan ibutiri saya tentang saya. Itu adalah hal paling menyakitkan. Setiap hari saya dimarahi, selalu saja apa yg saya lakukan salah. Bahkan sering saya dicurigai memakai uang belanja utk kepentingan saya sendiri. Karena sangat tertekan saya selalu berpikir untuk bunuh diri saja, kenapa saya pebgecut sekali, membuang harga diri saya utk tinggal bersama keluarga papa hanya agar bisa kuliah. Bahkan setelah saya menyelesaikan skripsoi ibu tiri saya bilang” kalo sudah sidang berarti harus fokus urus rumah ya” haha. padahal setelah S1 saya berniat melanjutkan sekolah. tapi saya tidak bisa fokus mempersiapkannya krn pikiran saya penuh untuk membuat pekerjaan rumah beres sedangkan ibu tiri saya sibuk bergaul dan membangun karir di luar rumah. padahal saya juga perlu membangun masa depan saya. rasanya ingin keluar dari rumah ini. tapi di sisi lain saya ingin lanjut sekolah lagi dan butuh biaya dari papa saya. saya sungguh pengecut

1 Answers
salsabillaaldhana21@gmail.com Staff answered 2 years ago

Halo Nabila, terimakasih ya sudah mempercayakan diri kamu untuk bercerita disini. Aku turut bersedih atas apa yang terjadi sama kamu, sebelum itu jangan terlalu banyak menyalahkan diri kamu ya Nabila. Kamu tahu tidak, Nabila ada hingga saat ini adalah suatu kebersyukuran yang perlu kamu ingat juga loh, karena aku yakin belum tentu ada yang sekuat kamu. Jadi jangan berlarut-larut untuk menyalahkan diri sendiri ya Nabila, selain itu kamu tidak perlu khawatir tentang usia kamu saat ini, semua orang berhak untuk menceritakan masalah apapun di platform ini.
Nabila mungkin saran yang bisa aku berikan untuk saat ini untuk mengadakan diskusi antara kamu, ayah, dan mama tirimu berbicara apa yang menganggumu saat ini dan untuk membicarakan hak untuk mengurus rumah agar tidak kamu semua yang bertanggung jawab untuk urusan rumah. Tetapi mungkin diskusi agak berjalan alot atau ruyam oleh sebab itu kamu perlu mempersiapkan energi, kesabaran, dan emosi yang stabil agar bisa menghadapinya, selain itu jangan lupa cari timing yang tepat ya Nabila. Selain itu, kamu mungkin bisa berfokus untuk mencari penghasilan agar bisa keluar dari rumah dan mulai tinggal tanpa keluarga ayahmu atau bisa memulai untuk tinggal sendiri karena semua membuat kamu tertekan sehingga kesehatan mental kamu terganggu. Untuk melanjutkan sekolah lagi, alangkah baiknya diskusikan lagi dgn ortu dan cari pekerjaan dan tidak terpaku sama satu hal aja, cari beasiswa, mengumpulkan uang dulu lalu sekolah lagi atau membangun karir.
Terakhir yang bisa aku sampaikan jangan lupa untuk sesekali menjenguk ibu kandung, karena masih ada waktu dan kesempatan untuk berbincang dan merawat . Berikan yg terbaik untuk keluarga, jadikan motivasi dan menunjukkan bahwa saya bisa, saya mampu, saya sukses. Jadi hilangkan fikiran untuk pergi dari masalah ini, tapi hadapi, lewati. Ambil positifnya, ambil hal yg baik. Komunikasikan dgn santun, bahwasanya saya juga membutuhkan waktu untuk belajar dan memprioritaskan kegiatan saya.
Jangan lupa untuk berterimakasih kepada diri kamu karena sudah bertahan hingga saat ini, aku harap segala permasalahan yang kamu hadapi sekarang bisa menemukan titik terangnya ya Nabila.